Ilmu Hikmah dan Ilmu Tasawuf



Apa itu Ilmu Hikmah dan Ilmu Tasawuf...???

Ilmu hikmah adalah ilmu yang dipelajari dengan menggunakan metode puasa/ tirakat, memperbanyak dzikir, wirid dan do'a-do'a pilihan khusus yang tidak bertentangan dengan akidah dan syari'at Islam, ditujukan untuk urusan duniawi dan ukhrowi.

Para pengamal ilmu hikmah yang istikomah, biasanya akan dianugerahi beberapa kelebihan pada dirinya seperti keberkahan hidup, pengobatan, kesaktian, pangkat, karir, kerejekian, perjodohan, pengasihan dan lain-lain, dimana kelebihan-kelebihan tersebut digunakannya untuk membantu dan menolong sesama dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT, dengan harapan supaya Allah ta'ala merahmati dan meridhoi dirinya didunia hingga akhirat.
 
Sedangkan ilmu tasawuf itu erat kaitannya dengan ilmu tarekat dan ilmu syari'at, keduanya tidak bisa dipisahkan. Mempelajari Tasawuf tanpa syari'at itu jelas tidak dibenarkan. Untuk mempelajari tasawuf, harus mempelajari ilmu syari'at terlebih dahulu. Ilmu syari'at adalah ilmu yang berisi tentang aturan islam dan sebagai dasar tata cara dalam beribadah. Kalau syari'at dipelihara dengan baik maka akan berbuah tarekat, dan pakaian diantara syari'at dengan tarekat tersebut adalah tasawuf.

Tasawuf mengatur bagaimana cara menjaga perbuatan, iman, amal dan Islam, yaitu untuk mengantisipasi datangnya penyakit-penyakit hati penyebab rusaknya amal, itulah yang disebut tasawuf. Oleh karena itu, maka inti  dari ilmu tasawuf adalah akhlak, adab, etika dan sopan santun.
 
Bagaimana Cara Mempelajari  Ilmu Hikmah atau Ilmu Tasawuf...???

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwasannya untuk mempelajari ilmu hikmah yakni harus dengan puasa/ tirakat, memperbanyak dzikir, wirid, berdo'a menggunakan do'a-do'a pilihan khusus yang dibuat oleh para ahli ilmu hikmah atau dari ilham yang didapat oleh para ulama ahli tasawuf dan lain-lain sebagainya.

Mempelajari ilmu hikmah, asal sudah memahami ilmu tauhid maka itu sudah bisa dikatakan cukup sebagai pondasi dasarnya. 
Kenapa mesti memahami ilmu tauhid terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu hikmah...???
Karena tanpa adanya pemahaman ilmu tauhid yang benar, dikhawatirkan itu akan membuat para pengamal ilmu hikmah tersebut akan tersesat dan semakin jauh melenceng dari jalan Islam yang diridhoi Allah ta'ala. Sebab jika seseorang semakin dalam menggali dan mempelajari ilmu hikmah, itu tidak menutup kemungkinan seseorang tersebut akan semakin besar juga kemungkinan terbukanya beberapa hijab dan rahasia kehidupan ini dan tidak sedikit para pelaku ilmu hikmah itu sering berinteraksi dengan sesuatu yang ghoib, baik itu sifatnya makhluk dari bangsa jin ataupun bangsa yang lainnya.

Tanpa adanya pemahaman ketauhidan yang mendalam dikhawatirkan para pengamal ilmu hikmah tersebut, akan terjebak dan terpengaruh oleh tipu daya bangsa ghoib, sehingga bisa merusak tujuan awal ilmu hikmah itu sendiri, yakni mempelajari ilmu hikmah semata-mata untuk menggapai rahmat dan ridho Allah SWT, baik didunia maupun di akhirat kelak.

Itulah sebabnya ilmu tauhid menjadi pondasi dasar bagi siapapun yang hendak mempelajari ilmu hikmah dan juga harus ada peran aktif seorang guru pembimbing (mursyid) didalam mempelajari itu semua (ilmu tauhid dan ilmu hikmah), yakni guru yang mengetahui rahasia ayat, doa dan sebagainya.

Ilmu hikmah bisa dipelajari dan dimiliki oleh siapapun juga asal orang tersebut sudah siap mentalnya, kemudian harus berani tirakatnya, harus kuat juga puasanya selama beberapa hari atau beberapa bulan, serta kuat berwiwird dengan jumlah yang telah ditentukan bilangannya dan lain sebagainya.

Sedangkan bagi seseorang yang ingin mempelajari ilmu tasawuf maka wajiblah dia beramal dengan hukum-hukum syari'at islam, karena tidak ada tasawuf kecuali dengan adanya fiqih didalamnya, karena tidak mungkin dapat mengetahui hukum-hukum islam kecuali dengan hadirnya ilmu fiqih, dan tidak akan ada fiqih kecuali dengan tasawuf, karena tidak akan ada amal dengan kebenaran yang haq (kecuali dengan tasawuf). Juga tidak akan ada tasawuf dan fiqih kecuali dengan adanya iman, karena tidaklah sah salah satu dari keduanya (fiqih dan tasawuf) tanpa adanya iman diantara keduanya, maka wajiblah mengumpulkan ketiganya bagi siapapun yang hendak menggali ilmu tasawuf, yakni: iman, fiqih, dan tasawuf itu sendiri.
 
Imam Malik berkata : Barangsiapa bertasawuf tapi tidak berfiqih maka dia telah kafir zindiq (pura-pura beriman), dan barangsiapa yang berfiqih tapi tidak bertasawuf maka dia telah fasik (berdosa) dan barangsiapa yang mengumpulkan keduanya (fiqh dan tasawuf) maka dia telah benar. 
 
Jadi, tasawuf itu harus melalui beberapa tahap terlebih dahulu, diantaranya adalah: Iman sebagai akidah, Islam sebagai syari'ah dan Ihsan sebagai hakikat, atau amal syari'at, thoriqot, hakekat dan ma'rifat.
Syari'at adalah tata cara dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT, Thoriqot adalah jalan menuju kepada Allah ta'ala, Hakikat adalah dari pengamalan anatara syari'at dan thoriqot yakni merasakan hadirnya Allah ta'ala didalam diri dan Ma'rifat adalah penyaksian diri sejati dan Allah SWT. Syari'at itu untuk memperbaiki lahiriah, Thoriqot untuk memperbaiki bathiniah (akal dan hawa nafsu), Hakikat untuk memperbaiki Sirr (Rahasia diri) dan Ma'rifat adalah untuk memperbaiki  serta menjaga seluruhnya.
 
Ada orang yang diberi kelebihan oleh Allah SWT, berupa ahlak dan adab. la memiliki kemampuan weruh sakdurunge winarah, atau waskita, yaitu tahu sebelum kejadian. Bagi orang yang Allah Ta'ala anugerahi kelebihan tersebut, maka bisa dipastikan dia tidak akan berani berbicara sembarangan, dia akan merasa malu kepada Allah SWT, jika mendahului kehendak-Nya.

Orang yang mencapai tingkatan tasawuf tertinggi, yakni berakhlak dan beradab, maka seharusnya dia akan mempergunakan ilmu tasawuf tersebut untuk menjaga diri dari perbuatan yang tidak menguntungkan, seperti bagaimana membersihkan riya', dengki, takabur, ujub dan lain sebagainya atau bagaimana cara menjaga wudlu yang maknannya bukan sekedar dijalankan untuk menjalankan shalat, tapi di luar shalat juga. Orang-orang tasawuf harus mampu memahami hakikat dari wudlu itu sendiri apa, yakni setelah wudlu mampu menyucikan dirinya secara lahiriah,maka wudlu juga harus mampu membuat dirinya suci secara bathiniah. Itulah hakikat wudlu yang sebenarnya dalam dunia tasawuf.

Bukanlah orang tasawuf sejati apabila setelah dirinya berwudlu, kemudian dia menggunjing dan menghina orang lain, bukanlah orang tasawuf apabila dirinya telah selesai berwudlu kemudian berbuat riya', dengki, ujub, takabur dan lain sebagainya. Sekalipun perbuatan-perbuatan tersebut tidak membatalkan wudlu secara fiqih, akan tetapi dalam ilmu tasawuf perbuatan-perbuatan itu adalah perbuatan yang dapat mengotori bathiniahnya.
Dan makna berwudlu dalam tasawuf bukan hanya sekedar membersihkan lahiriah semata, akan tetapi membersihkan bathiniahnya juga, itulah sebabnya seorang pengamal tasawuf harus lebih berhati-hati lagi didalam melangkah sebab setiap langkah-langkahnya tersebut melibatkan dua unsur yakni lahiriyah dan bathiniyah.

Tujuan pokok ajaran tasawuf adalah peleburan diri yang fana untuk menjadi insan paripurna, dengan memadukan cipta, rasa dan karsa, semata-mata untuk dapat menggapai rahmat dan ridho Allah SWT, didunia dan akhirat.

 
Adakah Kekuatan Luar Biasa yang akan Didapat dari Mempelajari Ilmu Hikmah atau Ilmu Tasawuf...???

Tidak menutup kemungkinan ilmu hikmah terkait dengan karomah, akan tetapi sebenarnya karomah itu dikhususkan hanya bagi waliyullah atas kedekatan dan pengabdian seorang hamba di sisi Allah ta'ala dan Rasul-Nya. Karomah bukanlah tujuan para wali, tetapi Allah SWT menganugerahkannya sendiri tanpa diminta oleh seorang hamba Allah tersebut untuk mendapatkan karomah. Penganugerahan karomah oleh Allah SWT kepada hamba-hamba pilihan-Nya, itu sebagai bentuk penghormatan Allah SWT kepada para kekasih-Nya karena telah melakukan pemurnian ibadah dan ketaatan serta pengabdian yang sungguh-sungguh didasari keikhlasan kepada Allah ta'ala itu sendiri. Allah SWT meridhoinya dan mereka pun ridho kepada apapun ketentuan dan ketetapan-Nya.

Jadi, mau diberi karomah apa pun, para waliyullah itu ridho kepada-Nya. Kalau Allah SWT sudah menghendaki, sekalipun tidak masuk akal bagi manusia, itu sangat mungkin terjadi. Karena Allah ta'ala tidak pernah terikat oleh akal manusia. Para waliyullah itu hanya mempergunakan karomahnya bila dalam keadaan terdesak saja. Sekalipun mampu dan diperbolehkan menggunakan karomah yang telah Allah ta'ala anugerahkan kepadanya, namun karena sifat malunya yang begitu dalam kepada Allah SWT, maka para waliyullah tersebut tidak sembarangan dan tidak asal menggunakannya begitu saja, kecuali keadaannya betul-betul terdesak dan bisa membahayakan keselamatannya, baru kemungkinan karomah dari Allah ta'ala itu akan digunakannya.
Apalagi karena karomah itu bukan tujuan para waliyullah, itulah sebabnya mereka tidak pernah membangga-banggakan karomahnya tersebut.

Orang yang mempelajari, mendalami dan mengamalkan ilmu hikmah dengan istikomah juga tidak menutup kemungkinan diberikan karomah pula oleh Allah SWT, itu semua karena karomahnya ayat-ayat Allah ta'ala yang selalu didawamkan dalam riyadloh-riyadlohnya, yaitu ayat-ayat yang memiliki kandungan asror (rahasia) luar biasa, itu sebabnya tidak menutup kemungkinan Allah SWT menurunkan karomah juga kepada para pengamal ilmu hikmah yang istikomah tersebut. Tetapi sejatinya bukan karomah si pelaku ilmu hikmah, melainkan karena pribadinya bertawasul kemudian mendapat karomah dari lafad-lafad yang selalu didawamkannya tersebut, dan semua lafadz-lafadz didalam ilmu hikmah itu pasti semuanya mengandung asror (rahasia) luar biasa yang sangat sulit sekali untuk dipahami kecuali oleh orang-orang yang Allah SWT kehendaki.

Sudah menjadi rahasia umum dan tidak sedikit para pengamal ilmu hikmah dari mulai zaman dahulu hingga zaman modern seperti sekarang ini, telah banyak yang dianugerahi kelebihan yang luar biasa oleh Allah ta'ala lantaran keistikomahan didalam mengamalkan ilmu hikmahnya tersebut.
Dimana para pengamal ilmu hikmah tersebut, kekaromahannya digunakan untuk menolong dan membantu menyelesaikan masalah-masalah kehidupan sesama manusia, seperti masalah kerejekian, keselamatan, kesehatan, perjodohan dan lain sebagainya.
Semua itu dijalankannya dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT, semata-mata untuk menggapai rahmat dan ridho Allah ta'ala juga, baik di dunia maupun di akhirat.

Demikianlah yang dapat kami uraikan mengenai perbedaan dan persamaan antara ilmu hikmah dan ilmu tasawuf, semoga dari pemaparan singkat mengenai kedua hal tersebut dapat menambah perbendaharaan ilmu dan pengetahuan para pembaca yang budiman dan mudah-mudahan kita semua senantiasa dirahmati serta diridhoi Allah SWT, fiddini waddunya wal akhiroh.
Insya Allah...