Ilmu dan Ngelmu





Pada kesempatan pertama kali ini, kita akan sama-sama mengkaji apa sebenarnya hakekat mencari ilmu atau ngelmu tersebut, sehingga bisa jadi pengingat dan bisa jadi bahan perenungan untuk kita semua.
Saat seseorang mencari ilmu yang pertama kali perlu diperhatikan adalah memahami akan pentingnya ilmu itu sendiri.
Kenapa kita harus menuntut ilmu???...
Sebab tanpa ilmu, hidup ini akan terasa susah, resah, gelisah dan hampa yang berakibat nanti kita akan sengsara. 
Sehingga kita akan menjadi “sembrono” atau kurang berhati-hati, berbeda dengan orang yang kaya akan ilmu, dia akan lebih waspada karena dia tahu sebab akibat dari pikiran, niat, dan tingkah lakunya.
Kalau kita menyia-nyiakan masa muda untuk menuntut ilmu, kemudian seiring waktu usia muda kita akan berubah menjadi tua dan terlanjur menjadi “bodoh” maka yang ada hanya kepasrahan dan penyesalan yang teramat dalam dikemudian hari. tetapi penyesalan itu tidak akan ada manfaatnya sedikitpun sebab masa lalu tidak akan pernah kembali lagi.
Nahhh... Saudaraku, sebagai generasi muda kita tidak boleh ikut-ikutan dengan kebiasaan yang kurang baik tersebut. Apalagi jadi orang yang tidak punya visi dan misi dalam hidup ini atau jadi orang “keluyuran” karena hal tersebut mengakibatkan lupa pada kewajiban pokok dalam hidup yang seharusnya diselesaikan setiap waktu.
Maka  dari itu belajarlah supaya semuanya berjalan dengan lancar dan jangan sampai menjadi orang yang bimbang dan terombang-ambing tak jelas arah langkah hidupnya. Maka mulai berhati-hatilah kalian semua agar setiap hari tubuh dan raga kita bisa kita olah dengan sebaik-baiknya, agar menjadi kuat dan sehat jiwa raganya.
Dimulai dari hal terkecil, contohnya setiap pagi, jangan malas bangun pagi sebab embun pagi adalah sebuah petunjuk yang nyata bahwasannya hawa dan udara pagi itu sangatlah baik untuk tubuh ini.
Begitulah kita seharusnya sebab langkah anda masih panjang didalam menggapai semua apa yang dicita-citakan yakni sebuah kemuliaan hidup yang hakiki, bukan hanya kemuliaan hidup didunia akan tetapi kemuliaan hidup hingga akhirat kelak. 
Orang yang bodoh tidak sedikit akan mengalami nasib buruk dipenghujung usianya, ibarat sebuah tikar yang lambat laun pasti akan rusak dan harus dibuang, itu semua dikarenakan dia tidak mampu mengikuti kemajuan zaman yang begitu cepat sekali perputarannya, maka sangatlah disayangkan sekali apabila hidup kita ini dikatakan sebagai hidup yang ketinggalan zaman.
Janganlah sekai-kali kita berpikir kalau zaman itu diam atau berjalan di tempat???.. karena sesungguhnya kemajuan zaman itu akan terus berjalan, berkembang secara signifikan dan tidak pernah mengalami kemunduran sedikitpun hingga kapanpun juga. Disinilah kita dituntut untuk selalu tanggap didalam mempersiapkan diri guna menghadapi pesatnya kemajuan zaman tersebut dan modal utama yang tidak akan pernah tertandingi keberadaannya hingga kapanpun juga adalah ILMU.

Dari penjelasan diatas, kita seharusnya dapat memahami betapa pentingnya ilmu tersebut. ILMU berbeda dengan NGELMU. Kalau ilmu adalah pasif ibarat sebuah “benda” maka Ngelmu bersifat aktif, artinya kita  harus sudah mampu meresapi, memanfaatkan, memproses dan mengamalkan ilmu itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, inilah yang dimaksud dengan hakekat ngelmu.

Adakah hambatan buat seseorang yang sedang menuntut ilmu atau sedang ngelmu???...
Mari kita simak baik-baik penjelasan berikut dibawah ini...!!!
Seorang yang sedang menuntut ilmu dan ngelmu itu seperti pemburu, yang betul-betul membutuhkan petunjuk serta bimbingan dari pemburu-pemburu seniornya yang telah berpengalaman melebihi dirinya sendiri. Tanpa adanya petunjuk dan bimbingan dari seniornya, otomatis dia akan mengalami beberapa kebingungan. beberapa contoh kebingungannya tersebut adalah: "dimana dia mesti berburu, hewan buruan apa yang pantas untuk diburu, dengan cara dan senjata apa dia mesti berburu, mesti di apakan hewan buruan tersebut nantinya, dan lain sebagainya".
Inilah pentingnya kita berguru laku kepada seseorang yang lebih tahu agar tidak keliru, salah dan tersesat.
Di Jawa kita mengenal adanya guru bakal, guru dadi dan guru laku. Mereka inilah yang seharusnya menuntun patrap-patrapnya ilmu???... 
Apalah arti doa dan amalan bila tidak diresapi makna dan hakekatnya sehingga nanti baru kita melangkah ke tahap ngelmu, atau mengaplikasikan pemahaman akan makna dan hakekat dari ilmu itu sendiri. Sebuah ilmu bisa “kontak” dengan sumber-sumber energi dalam hidup apabila ada guru/ mursyid didalamnya, dan guru inilah yang mengijazahi sebuah ilmu.
Pengijazahan maksudnya adalah memberikan/ menurunkan secara ikhlas ilmu yang sudah dia kuasai dan jalani. Apabila proses pengijazahan diberikan dari guru yang belum menguasai dan belum menjalani “ilmunya” atau hanya sekedar tahu secara teori semata, maka muridnya tersebut tidak akan pernah sampai kepada tahap ngelmu.
Ilmu itu adalah satu paket rangkaian puja dan puji untuk-NYA. Ilmu adalah penafsiran tentang sebuah fenomena yang tergelar di alam semesta ini. Ilmu menafsirkan rahasia-rahasia alam mulai alam sahir dan alam kabir. Dalam menjalani proses ngelmu, maka kita harus mengerti dengan sungguh-sungguh dan apa yang dilihat dan didengar dari seorang guru hendaknya benar-benar dipahami untuk dijalani dan jangan sekali-kali dalam tahap ngelmu tersebut kalian berdebat dengan guru kalian sendiri, jika kalian mengharapkan keberkahan didalamnya.

Didalam proses ngelmu jangan sampai hanya ikut gelombang keinginan orang lain tanpa paham maksudnya. Disinilah peran penting seorang guru yang akan membimbing anda kepada titik akhir pencapain dalam menggapai tingkat insan yang paripurna.

Dalam menjalani ngelmu anda pasti akan menemui banyak godaan dan hambatan, godaan dan hambatan itu bukan anda ataupun guru yang menciptakan, akan tetapi memang sudah ada secara alamiah ketika seseorang berniat hendak mencari dan mendapatkan ilmu, maka godaan dan hambatan itu pasti akan menghadangya.

Sebenarnya, semua ilmu apapun pasti akan bermuara kepada ilmu-ilmu ketuhanan dan ketauhidan. Sehingga dalam tahap ngelmu tersebut, anda akan mememukan tiga hal penting, yakni:
Pertama mengetahui apa yang kita cari yaitu sesuatu yang kita sembah selama ini. Kedua, merasakan kehadirannya dan ketiga kita sudah tidak lagi melihat sesuatu tersebut karena sejatinya sesuatu itu sebenarnya ada di dalam diri kita sendiri masing-masing.

Ketika ilmu sudah menyatu  didalam diri, maka kita akan menemukan hakekat ilmu yang sejati dan hakiki.
Bukanlah orang yang berilmu sejati dan hakiki, apabila masih bersemayam kesombongan dan ketakaburan didalam diri. Bukanlah orang yang berilmu sejati dan hakiki apabila masih tertanam kebencian didalam hati. Bukanlah orang yang berilmu sejati dan hakiki apabila masih gemar menyakiti. Bukanlah orang yang berilmu sejati dan hakiki apabila hanya mementingkan keluarga dan diri sendiri. Bukanlah orang yang berilmu sejati dan hakiki apabila masih merasa dirinya sakti. Akan tetapi orang yang berilmu sejati dan hakiki adalah dia yang selalu fana didalam keberadaannya, dia sadar kalau dia tidak mampu apa-apa, tidak punya apa-apa dan tidak bisa apa-apa.
Dia merasakan kerinduan yang teramat sangat kepada “Sang Khaliq” Tuhan Yang Maha Menciptakan semua yang ada, yang pernah ada atau yang akan ada. 
Perlu diingat bahwasannya Gusti Yang Maha Suci itu tetap susah dicari meskipun tertanam kerinduan yang teramat sangat dalam kepada-Nya.

Akhirnya, tiba saatnya untuk saya mengakhiri pembahasan ini, namun apabila hati anda semua masih belum terpuaskan dengan mempelajari pembahasan singkat diartikel pembuka ini, silahkan anda mempelajari juga artikel-artikel yang sudah disiapkan pada pilihan beberapa menu diatas. Karena semakin jauh saya membahas dan mengupas hal tersebut, akan semakin sulit buat saya menguraikannya dengan kata-kata kecuali anda semua sudah mampu memahami dan sama-sama merasakan rasanya, seperti rasa yang telah orang-orang terdahulu rasakan.
Dan tidak menutup kemungkinan, apabila nanti anda sudah mampu merasakannya juga, rasanya itu tidak selamanya sama dengan yang orang lain rasakan. 
Terakhir, saya berpesan, bahwasannya: “Kebijaksanaan itu adalah tetesan ilmu sejati dan hakiki yang tidak menimbulkan luka”, artinya buat apa kita belajar ilmu dan ngelmu, jika hanya untuk mencari musuh atau untuk menyakiti sesama...!!!