Sungguh saya Bersyukur Karena Semakin Lama Saya Merasakan & Melihat Beberapa Sedulur Majelis Ilmu Asror Karomah Sudah Semakin Banyak Yang Pandai Dalam Menjalankan Dan Menerapkan "Iqro Kitabaka" Yakni Membaca Kitabnya Sendiri Alias Mengoreksi Dirinya Sendiri Dan Menjauhi Diri Dari Mengoreksi/ Menilai Orang Lain...
Ini Adalah Prinsip Dari Majelis Ilmu Asror Karomah Termasuk Kedalam Salah Satu Ajaran Utamanya, Yakni Saatnya Kembali Kepada Menilai Dan Mengoreksi Diri Sendiri Serta Menjauhkan Diri Dari Mengoreksi/ Menilai Orang Lain...
Ini Penting Saya Terangkan Untuk Bisa Kita Jalankan Bersama, Karena Kebanyakan Para Murid Dari Mursyid Kalangan Hakekat Yang Kandas Ditengah-tengah Perjalanan Suluknya Dikarenakan Faktor Ini, Yakni Kegemarannya Dalam Mengoreksi Dan Menilai Orang Lain Sehingga Dirinya Lupa Bahwa Celanya Sendiripun Masih Banyak...
Selalu Dan Selalu Saya Ingatkan Bahwasanya Yang Menjadi Ciri Khas Dari Majelis Ilmu Asror Karomah Adalah Selain Berusaha Untuk Belajar Bodoh, Juga Harus Pandai Dalam Mengoreksi Dirinya Sendiri/ Membaca Kitabnya Sendiri/ Mengoreksi Dirinya Sendiri (iqro kitabaka), Karena Itu Semua Adalah Bagian Dari Ilmu Rasa Sejati Sejatineng Rasa...
Namun Jika Ada Diantara Kita Semua Yang Masih Gemar Mengoreksi Orang Lain, Mengumbar Sana-Sini Kelemahan Sesama, "DIA BAHAGIA SAAT ORANG LAIN SENGSARA & DIA SENGSARA DISAAT ORANG LAIN BAHAGIA" Maka Sesungguhnya Dia Adalah Ciri Dari Seorang Salik Yang Kandas Dalam Perjalanannya...
Saya Sebagai Orang Tua Dalam Majelis Ilmu Asror Karomah Ini Tentunya Batin Ini Merasa Kesedihan Yang Teramat Sangat Disaat Ada Beberapa Anak-Anak Dari Majelisnya Sendiri Kandas Dalam Menempuh Perjalanan Ruhaninya Untuk Bisa Sampai Kepada Kesucian Hakiki...
Demi Alloh Saya Berucap:
"Seorang Mursyid Itu Memang Tidaklah Melahirkan Dirimu, Tidak Pula Membesarkanmu, Karena Sejatinya Dia Itu Adalah Orang Tua Bagi Ruhani Kalian Semuanya, Namun Perlu Kalian Ketahui Bersama Bahwasanya Kasih Sayang Sang Mursyid Itu Sesungguhnya Sepadan Bahkan Melebihi Kasih Sayang Orang Tua Kalian Semuanya"...
Sang Mursyid Itu Sejatinya Mampu Melihat Hingga Dikedalam Batin Para Muridnya, Mampu Mendeteksi Penyakit-Penyakit Ruhani Para Muridnya Hanya Dengan Sekali Tatap...
Disinilah Dia Akan Berusaha Menggembleng, Mendidik Bahkan Membimbing Para Muridnya Untuk Bisa Sampai Pada Kesempurnaan Batin Yang Suci (Qolbun Salim)...
Perlu Dipahami Oleh Kalian Semuanya...
Bahwasanya Cara Mendidiknya Para Mursyid Itu Janganlah Kau Samakan Dengan Cara Mendidiknya Guru-Guru Umum Disekolahan...
Karena Tujuan Utama Dari Pendidikan Yang Mursyid Berikan Itu Bukan Hanya Sebatas Transfer Materi Atau Wawasan Semata, Namun Lebih Fokus Dan Tertuju Kepada Pembentukan Jiwa Yang Mutmainah Agar Bisa Memiliki Ahklak Yang Karimah...
Sebetulnya Ujian-Ujian Yang Dilakukan Oleh Sang Mursyid Itu Adalah Bagian Dari Pengemblengan Untuk Para Murid Itu Sendiri...
Namun Dalam Point Ini, Para Murid Banyak Yang Kandas Karena Terjebak Oleh Nafsu Amarahnya Sendiri, Sehingga Memutuskan Untuk Mengakhiri Perjalanan Suluknya...
Mungkin Mereka Berpikir, Dengan Memutuskan Hubungan Batin Kepada Sang Mursyid Itu Akan Menyakiti Hati Sang Mursyid Itu Sendiri...
Sesungguhnya Kemurtadan Murid Kepada Sang Mursyid Itu Sama Sekali Tidak Menyakitkan Hati Sang Mursyid Sedikitpun, Namun Sejatinya Semua Itu Sangatlah Menyakitkan Bagi Ruhani Si Murid Itu Sendiri...
Cuman Karena Murid Tersebut Belum Mampu Mengenali Sejatinya Dirinya Sendiri, Akhirnya Dia Tidak Merasakan Kesedihan Ruhaninya, Sebab Tertutupi Kabut Tebal Yang Diselimuti Oleh Tebalnya Hawa Nafsu Amarah Dan Angkara Murka Yang Bersemayam Dalam Dadanya...
Saya Kasih Contoh Begini:
"Kalian Mempunyai Sesuatu, Kemudian Sesuatu Yang Kalian Punya Itu Tiba-Tiba Hilang, Lalu Kalian Merasa Sedih, Sebetulnya Itu Bukanlah Kesedihan Ruhani, Namun Sejatinya Itu Adalah Kesedihan Pikiran Yang Bersemayam Dalam Akal Kalian Sendiri...
Sejatinya Kesedihan Bagi Ruhani Setiap Manusia Itu Cuman Satu, Yakni Disaat Pancaran "NUR ILLAHI & NUR MUHAMMAD" Yang Telah Bersemayam Dalam Jiwa, Kembali Lagi Ketempat Asalnya Semula Karena Terjebak Oleh Nafsunya Sendiri...
Hanya Itu Penyebab Kesedihan Bagi Ruhani Sejati, Selain Itu Kesedihanmu Bukanlah Kesedihan Bagi Ruhanimu...
Salam Berkah Luar Biasa
Majelis Ilmu Asror Karomah